Jumat, 20 Mei 2011

Format Berita pada Media TV

Dalam penulisan berita pada umumnya teknik yang digunakan ialah sama, serta dalam sebuah berita haruslah memenuhi unsur 5W+1H. Namun, yang membedakannya ialah pada media apa berita itu akan dipublikasikan (cetak / elektronik). Dalam penulisan berita di Televisi ada beberapa teknik atau langkah-langkah penulisan yang harus diperhatikan diantaranya ialah :
Memilih Format Berita TV
Sebelum melakukan peliputan, seorang reporter dan cameramen harus mempersiapkan berbagai keperluan yang dibutuhkan saat peliputan. Peralatan standar peliputan yang harus dilengkapi diantarnya ialah :
a. Camera Video
b. Battery
c. Microphone
d. Tripod
e. Built-in lampu
f. Kaset
Berita di media televisi dapat disampaikan dalam berbagai format. Untuk menentukan format mana yang akan dipilih, tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor itu antara lain:
• Ketersediaan gambar ; Jika gambar yang dimiliki sangat terbatas, maka reporter akan sulit untuk menulis naskah berita yang panjang. Maka berita dibuat dalam format lebih singkat dan padat, atau dibuat dalam format tanpa gambar sama sekali.
• Momen terjadinya peristiwa atau perkembangan peristiwa yang akan diberitakan ; Perkembangan terkini dari suatu peristiwa baru sampai ke produser, ketika siaran berita sedang berlangsung. Sedangkan perkembangan itu terlalu penting untuk diabaikan. Jika ditunda terlalu lama, perkembangan terbaru pun menjadi basi, atau stasiun TV lain (kompetitor) akan menayangkannya terlebih dahulu.
Maka format-format berita pada media televise itu antara lain ialah :

1. Reader
Reader adalah format berita TV yang paling sederhana, hanya berupa lead in yang dibaca presenter. Berita ini sama sekali tidak memiliki gambar ataupun grafik. Hal ini dapat terjadi karena naskah berita dibuat begitu dekat dengan saat deadline, dan tidak sempat dipadukan dengan gambar.
2. Voice Over (VO).
Voice Over adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Ketika presenter membaca tubuh berita, gambar pun disisipkan sesuai dengan konteks isi narasi.
Natsound (natural sound, suara lingkungan).
Suara yang terekam dalam gambar bisa dihilangkan. Tetapi, biasanya natsound tetap dipertahankan, untuk membangun suasana dari peristiwa yang diberitakan.
3. Voice Over – Grafik
Voice Over – Grafik merupakan format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Namun, ketika presenter membaca tubuh berita, tidak ada gambar yang menyertainya kecuali hanya grafik atau tulisan. Hal ini mungkin terpaksa dilakukan karena peristiwa yang diliput sedang berlangsung dan redaksi belum menerima kiriman gambar peliputan yang bisa ditayangkan.
4. Sound on Tape (SOT).
SOT merupakan format berita TV yang hanya berisi lead in dan soundbite dari narasumber. Presenter hanya membacakan lead in berita, kemudian disusul oleh pernyataan narasumber (soundbite). Format berita ini dipilih jika pernyataan narasumber dianggap lebih penting ditonjolkan daripada disusun dalam bentuk narasi.
5. Voice Over – Sound on Tape (VO-SOT).
VO-SOT adalah format berita TV yang memadukan voice over (VO) dan sound on tape (SOT). Lead in dan isi tubuh berita dibacakan presenter. Lalu di akhir berita dimunculkan soundbite dari narasumber sebagai pelengkap dari berita yang telah dibacakan sebelumnya. Format VO-SOT dipilih jika gambar yang ada kurang menarik atau kurang dramatis, namun ada pernyataan narasumber yang perlu ditonjolkan untuk melengkapi narasi pada akhir berita. Total durasi diharapkan tak lebih dari 60 detik, di mana sekitar 40 detik untuk VO dan 20 detik untuk soundbite.
6. Package (PKG).
Package adalah format berita TV yang hanya lead in-nya dibacakan oleh presenter, tetapi isi berita merupakan paket terpisah, yang ditayangkan begitu presenter selesai membaca lead in. Paket berita sudah dikemas jadi satu kesatuan yang utuh dan serasi antara gambar, narasi, soundbite, dan bahkan grafis. Format ini dipilih jika data yang diperoleh sudah lengkap, juga gambarnya dianggap cukup menarik dan dramatis.
7. Live on Cam.
Live on Cam merupakan format berita TV yang disiarkan langsung dari lapangan atau lokasi peliputan. Sebelum reporter di lapangan menyampaikan laporan, presenter lebih dulu membacakan lead in dan kemudian ia memanggil reporter, di lapangan untuk menyampaikan hasil liputannya secara lengkap. Laporan ini juga bisa disisipi gambar yang relevan.
8. Live on Tape (LOT)
Live on Tape adalah format berita TV yang direkam secara langsung di tempat kejadian, namun siarannya ditunda (delay). Jadi, reporter merekam dan menyusun laporannya di tempat peliputan, dan penyiarannya baru dilakukan kemudian.
9. Live by Phone.
Live by Phone merupakan format berita TV yang disiarkan secara langsung dari tempat peristiwa dengan menggunakan telepon ke studio. Lead in berita dibacakan presenter, dan kemudian presenter memanggil reporter yang ada di lapangan untuk menyampaikan laporannya. Wajah reporter dan peta lokasi peristiwa biasanya dimunculkan dalam bentuk grafis.
10. Phone Record.
Phone Record merupakan format berita TV yang direkam secara langsung dari lokasi reporter meliput, tetapi penyiarannya dilakukan secara tunda (delay). Format ini jarang digunakan, dan biasanya hanya digunakan jika diperkirakan akan ada gangguan teknis saat berita dilaporkan secara langsung.
11. Visual News.
Visual News merupakan format berita TV yang hanya menayangkan (rolling) gambar-gambar yang menarik dan dramatis. Presenter cukup membacakan lead in, dan kemudian visual ditayangkan tanpa tambahan narasi apa pun, seperti apa adanya. Format ini bisa dipilih jika gambarnya menarik, memiliki natural sound yang dramatis (misalnya: suara jeritan orang ketika terjadi bencana alam atau kerusuhan, dan sebagainya).
Vox Pop.
Vox pop berarti “suara rakyat.” Vox pop bukanlah format berita, namun biasa digunakan untuk melengkapi format berita yang ada. Isinya merupakan komentar atau opini dari masyarakat tentang suatu isyu tertentu. Misalnya, apakah mereka setuju jika pembangunan gedung DPR-RI dilanjutkan. Jumlah narasumber yang diwawancarai sekitar 4-5 orang, dan diusahakan mewakili berbagai kalangan (tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin, dan sebagainya). Durasi vox pop sebaiknya singkat saja dan langsung menjawab pertanyaan yang diajukan.

Struktur Penulisan Berita di Televisi
Ada perbedaan besar antara menulis naskah berita untuk didengar (dengan telinga) dan menulis untuk dibaca (dengan mata). Narasi berita televisi yang baik memiliki awal (pembuka), pertengahan, dan akhir (penutup). Masing-masing bagian ini memiliki maksud tertentu.
Awal (pembuka) ; Setiap naskah berita membutuhkan suatu pengait (hook) atau titik awal, yang memberikan fokus yang jelas kepada pemirsa. Awal dari tulisan memberitahu pemirsa tentang esensi atau pokok dari berita yang mau disampaikan. Hal ini memberi suatu fokus dan alasan pada pemirsa untuk tertarik dan mau menyimak berita yang akan disampaikan.
Pertengahan ; Karena semua rincian cerita tak bisa dijejalkan di kalimat-kalimat pertama, cerita dikembangkan di bagian pertengahan naskah. Bagian tengah ini memberi rincian dari Lead dan menjawab hal-hal yang ingin diketahui oleh pemirsa. Untuk memudahkan pemirsa dalam menangkap isi berita, sebaiknya kita membatasi diri pada dua atau tiga hal penting saja di bagian tengah ini.
Akhir (penutup) ; Jika naskah telah habis maka harus diakhiri dengan kesimpulan. Dengan merangkum dan mengulang butir atau bagian-bagian penting dari berita, manfaatnya bagi pemirsa, serta perkembangan peristiwa yang diharapkan akan terjadi.

Proses Perjalanan Berita
Sebelum ditayangkan dan sampai dilayar kaca di rumah, perjalanan sebuah program berita relatif rumit, panjang dan melibatkan banyak orang. Melihat kemungkinan terjadinya penyimpangan informasi yang sangat tinggi, karena prosesnya yang panjang, pemantauan di setiap tahapan menjadi sangat penting. Cek dan ricek adalah hal wajib bagi penanggung jawab program. Proses penyajian berita dapat dilakukan berbeda antara satu stasiun televisi dengan lainnya. Namun, secara ringkas, berikut proses perjalanan dan penyajian berita meliputi :
1. Ide peliputan ; Ide peliputan muncul dalam sebuah rapat redaksi. Rapat yang terdiri dari produser program, koordinator liputan, koordinator kamerawan, presenter dan produser eksekutif yang membicarakan tentang sebuah ide liputan, pembicaraan termasuk informasi yang harus diperoleh, gambar yang harus direkam dan narasumber yang harus diwawancarai.
2. Peliputan ; Ide yang telah disepakati oleh rapat redaksi dikerjakan oleh reporter dan kamerawan melalui pantauan Korlip.
3. Pembuatan Run Down ; Beberapa jam menjelang siaran, redaksi sekali lagi berkumpul dalam sebuah rapat bernama ‘budgeting’. Korlip menyampaikan perolehan berita kepada produser program, yang kemudian menyusunnya dalam sebuah run down acara. Rapat sekali lagi mengevaluasi urgensi berita yang akan ditayangkan.
4. Pembuatan naskah ; Setelah run down disetujui, reporter yang beritanya akan ditayangkan segera menyiapkan naskah. Dalam proses ini, reporter harus mempertimbangkan ketersediaan gambar yang akan mendukung laporannya. Selain itu reporter perlu memastikan cuplikan wawancaranya agar sesuai dengan laporannya.
5. Penyuntingan gambar ; Naskah yang telah melewati proses editing kemudian berlanjut ke ruang penyuntingan gambar. Editor adalah penangung jawab proses pemaduan naskah dan gambar. Dalam tahap ini, segala aspek teknis gambar yang akan hadir ke depan penonton diperhitungkan. Kondisi yang tidak sesuai standar seperti gambar biru (bluish), tidak focus, sedapat mungkin tidak dipergunakan dalam laporan tersebut.
Dalam tahap ini editor seharusnya bekerja sama dengan reporter dan kamerawan peliput untuk memadukan gambar terbaik. Produser program adalah penyedia tahap ini untuk memastikan segala aspek telah sesuai dengan yang diinginkan.

Proses siaran
Merupakan proses akhir dari rangkaian persiapan penayangan program. Laporan yang telah diedit atau dalam bentuk siap tayang akan disusun sesuai daftar run down. Para awak master control menyiapkan peralatan pendukung untuk menayangkan program. Dalam sebuah sistem konvensional, awak master control berjumlah relatif banyak. Mereka dikomandani oleh seorang pengarah program atau program director (PD).
Awak master control dan tugasnya
1. Program Director (PD); adalah pemimpin jalannya siaran. Ia berkoordinasi dengan produser program untuk menentukan pola siaran yang paling baik dan lancar.
2. Pengelola tampilan (Switcher); mengatur sebuah alat bernama switcher atau pengendali tampilan atas perintah PD.
3. Kameraman studio; tugasnya adalah menyesuaikan kamera atas perintah PD agar wajah presenter berada dalam kompisisi terbaik
4. Pengendali suara (Audioman); Tampilan suara presenter ataupun program berada di bawah kendalinya.
5. Pengendali pemutar kaset atau VoiceTapeRecording-man; tugasnya adalah mempersiapkan kaset yang berisi laporan dan memutarnya atas perintah PD.
6. Pengendali Grafis; setiap tayangan membutuhkan penjelasan berupa tulisan. Inilah bagian yang memastikan penonton mengetahui siapa yang tengah berbicara dan gambar apa yang tengah terjadi.

Rumus 5 C untuk Penulisan Berita di Media TV:
Dalam penulisan berita pada media televise juga harus memperhatikan adanya rumus 5C yaitu :
Conversational ; Ketika menulis naskah berita untuk media televisi, kita menulis untuk didengar. Harus diingat bahwa televisi adalah media audio-visual, bukan media cetak. Pemirsa melihat (gambar/visual) dan mendengar (suara/audio), bukan membaca naskah berita seperti membaca koran.Kelemahan media televisi adalah berita yang ditayangkan di layar televisi umumnya hanya muncul satu kali. Jika pemirsa tidak bisa menangkap isi berita pada tayangan pertama, ia tak punya peluang untuk minta diulang. Kecuali mungkin untuk berita yang dianggap sangat penting, sehingga dari waktu ke waktu selalu diulang dan perkembangannya di-update oleh stasiun TV bersangkutan.Keterbatasan tersebut berlaku untuk media TV konvensional. Namun, saat ini sudah muncul jenis media TV yang tidak konvensional. Sekarang di sejumlah negara maju sudah mulai diperkenalkan IPTV (internet protocol television), yang bersifat interaktif. Pemirsa yang berminat bisa mengulang bagian dari tayangan TV yang ia inginkan, tentunya dengan membayar biaya tertentu. Bahkan di Indonesia saat ini sudah menyediakan IPTV tersebut. Pada penulisan berita di TV dibuat dengan gaya bahasa bertutur, seperti percakapan sehari-hari, karena ini adalah gaya bahasa yang paling akrab dan biasa didengar orang. Tulislah naskah berita seperti gaya orang berbicara.Misalnya, dalam percakapan sehari-hari, kita amat jarang menggunakan kalimat yang berpanjang-panjang, atau memiliki anak-anak kalimat. Namun, meskipun berita di TV menggunakan gaya bahasa bertutur, tata bahasanya tetap harus benar.
Clear ; Batasi kalimat untuk satu gagasan saja. Hal ini akan memudahkan para pendengar untuk menangkap dan memahami isi berita. Jangan menggunakan bahasa jargon atau slang, yang hanya dikenal kalangan tertentu. Hindari susunan kalimat yang rumit.Atribusi untuk narasumber disampaikan lebih dulu sebelum pernyataannya, dan bukan sebaliknya. Hal ini untuk menghindarkan kebingungan di pihak pemirsa, dalam membedakan mana narasi dari si reporter dan mana opini dari si narasumber.
Concise ; Gunakan kalimat-kalimat yang bersifat pernyataan (deklaratif). Tulislah kalimat-kalimat yang pendek. Menurut hasil riset, kalimat pendek lebih mudah dipahami dan lebih kuat, ketimbang kalimat-kalimat panjang. Sebetulnya tidak ada aturan wajib tentang panjang kalimat yang dibolehkan. Namun, cobalah membatasi agar setiap kalimat yang Anda tulis tidak lebih dari 20 kata.
Compelling ; Tulislah berita dalam bentuk kalimat aktif. Para penulis berita menggunakan kalimat aktif karena lebih kuat dan lebih menarik. Selain itu, kalimat aktif juga lebih pendek daripada kalimat pasif.
Cliché free ; Kalimat atau pernyataan klise adalah pernyataan yang sudah terlalu sering digunakan di media. Pernyataan klise mungkin tidak akurat dan salah arah, namun harus diakui, banyak reporter merasa sulit menghindari pernyataan klise seperti ini.Contoh kalimat klise untuk penutup berita: “Kasus itu masih dalam penyelidikan.” Kalimat klise seperti ini bisa dibilang tidak memberi informasi tambahan apapun kepada pemirsa. Maka, kalimat klise ini sebaiknya diganti dengan yang lebih informatif. Misalnya: “Polisi sampai hari ini masih belum mengetahui penyebab kecelakaan. Polisi mengharapkan, hasil penyidikan akan dapat diungkapkan hari Jumat besok. Reportase kami akan melaporkan perkembangan ini besok untuk Anda.”

Aturan-aturan Dasar:
Ada aturan-aturan dasar tertentu dalam penulisan berita untuk media televisi. Aturan ini bertujuan untuk membuat isi berita tersebut lebih mudah dipahami oleh pemirsa. Aturan ini juga akan membantu dan memudahkan presenter atau reporter di lapangan untuk membacakan berita tanpa kesalahan. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain ialah :
 Angka ; Dalam penulisan angka, sebutkan jelas angka dari “satu” sampai “sebelas”. Lebih dari “sebelas”, ditulis dalam bentuk angka: 12, 14, 25, dan seterusnya.Untuk uang senilai Rp 145.325,50 tulis saja “seratus empat puluh lima ribu rupiah” atau “145 ribu rupiah.”Untuk menyebut tahun, sebut apa adanya, karena presenter akan dengan cepat memahami angka tahun. Misalnya: 1998, 2007, dan seterusnya.
 Singkatan dan akronim ; Tuliskan dengan jelas singkatan Misalnya: ITB ditulis “I-T-B.”Jika suatu akronim sudah cukup dikenal, biarkan seperti apa adanya di naskah. Misalnya: NATO, OPEC, BAKIN, dan sebagainya.Namun, jika si reporter ragu pemirsa akan memahami singkatan atau akronim itu, gunakan saja kepanjangan lengkapnya. Hal itu lebih aman dan menghindarkan presenter dari kemungkinan membuat kekeliruan.
 Punctuation ; Jangan gunakan punctuation dalam penulisan berita. Juga colon dan semicolon. Koma juga jarang digunakan dalam naskah untuk menandai jeda atau perubahan pemikiran. Presenter lebih suka menggunakan tiga titik (“…”) untuk menandai jeda, karena lebih mudah dibaca di alat TelePrompTer.
 Nama ; Selalu gunakan nama dan gelar secara sederhana dan bertutur. Jika Anda harus mengidentifikasi seseorang dengan gelarnya, tuliskan gelar itu di depan nama mereka, seperti ketika kita memberi atribusi. Kita bisa menambahkan informasi identifikasi lain, sesudah menyebut nama.
 Spelling ; Salah menyebut kata atau salah mengeja bisa terjadi pada presenter. Itulah sebabnya, sebelum tampil di layar TV, mereka memang sebaiknya membaca dulu naskah beritanya. Untuk menghindari kekeliruan, reporter yang menulis berita perlu memberitahu presenter, tentang cara mengucapkan nama atau istilah tertentu yang tidak biasa.
 Grammar/Tata bahasa ; Tata bahasa yang buruk bisa berdampak jelek pada penampilan presenter. Maka, periksalah sekali lagi naskah berita, untuk menghindari tata bahasa yang buruk, sebelum naskah itu diserahkan ke presenter.
 Lead yang menjual ; Setiap berita harus dimulai dengan kalimat lead yang kuat. Lead yang paling efektif biasanya mengacu ke beberapa aspek dari berita, yang dianggap penting atau menarik bagi pemirsa. Aspek ini kita namai “hook.” Kenali aspek dalam berita itu yang akan memancing perhatian pemirsa dan gunakanlah pada kalimat lead. Lead semacam itu akan memelihara tingkat perhatian dari pemirsa TV.

Sumber :
Bahan Kuliah Produksi Siaran TV
http://abinissa.wordpress.com/2007/11/15/teknik-penulisan-berita-untuk-media-televisi/
http://netsains.com/2007/07/teknik-penulisan-berita-untuk-media-tv-bagian-1/