Senin, 18 April 2011

Perkembangan Surat Kabar

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat kabar juga biasa berisi kartun, TTS dan hiburan lainnya.
Majalah sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Ada pula yang membatasi pengertian majalah sebagai media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan terbit setiap hari. Media cetak itu haruslah bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus. Selain itu, media cetak itu dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu. Bentuknya harus berformat tabloid, atau saku, atau format konvensional sebagaimana format majalah yang kita kenal selama ini.
Keberdaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari Negara-negara Eropa khususnya Inggris, dan benua Amerika diwakili oleh Amerika Serikat. Si Amerika, tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah (The Age Of Magazines).
Selayaknya hal-hal atau media-media lain, media cetak juga memiliki kelemahan dan kelebihannya.
B.    Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya ialah :
•    Bagaimana sejarah perkembangan media cetak…
•    Apa saja kaerkteristik dari media cetak…
•    Kelebihan dan kekurangan media cetak…

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :
•    Memaparkan tentang bagaimana perkembangan keberadaan media cetak…
•    Menambah pengetahuan tentang media cetak…
•    Mengetahui segala hal yang belum kita ketahui tentang surat kabar dan majalah…

D.    Manfaat
Banyak manfaat yang kita dapatkan dari hasil penulisan ini, diantarnya ialah :
•    Dapat menambah pengetahuan kita…
•    Dapat mengetahui bagaimana perkembangan dan keberadaan media cetak..
•    Dan manfaat-manfaat lainnya…

        BAB II
        PEMBAHASAN

A.    Sejarah Perkembangan Media Cetak
A.1. Sejarah Perkembangan Surat Kabar
 Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Diketahui bahwa sejak zaman prasejarah, tepatnya tahun 59 Sebelum Masehi, bentuk paling sederhana dari surat kabar telah ada di Roma saat di bawah kekuasaan Julius Caesar. Bentuknya hanya berupa lembar harian dan isinya pun masih sebatas pemberitahuan penting dari kerajaan. Lembaran tersebut dinamai Acta Diurna (berasal dari bahasa Yunani, dalam bahasa Indonesia berarti catatan harian).
Keberadaan surat kabar yang tercatat oleh sejarah dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutternberg di Jerman pada tahun 1451. Meski sumber lain menyebutkan bahwa teknologi cetak telah ada di Cina sejak tahun 748. Adapun lembar berita pertama yang dicetak, terbit di Jerman pada tahun 1502 dengan istilah Zeitung. Berlanjut tahun 1513, Trewe Encountre hadir sebagai lembar berita pertama yang berbahasa Inggris. Namun keduanya belum terbit secara teratur. Barulah pada tahun 1609, prototipe pertama surat kabar di Eropa yang terbit secara rutin, diterbitkan di Bremen, Jerman. Pada tahun yang sama, surat kabar yang sangat sederhana terbit di Strasborg. Bentuk surat kabar yang sesungguhnya terbit pada tahun 1620 di Frankfurt, Berlin, Humberg, Vienna, Amsterdam, dan Antwerp (Hiebert, Ungurait, Bohn, 1975: 206).
Sedangkan di Inggris, surat kabar pertama yang masih sederhana terbit pada tahun 1621. Memasuki tahun 1665, hadir di Oxford surat kabar yang dianggap sebagai surat kabar yang benar karena terbit secara teratur yaitu Oxford Gazette. Beberapa bulan kemudian ketika pemerintahan pindah ke London, surat kabar tersebut berubah namanya menjadi London Gazette. Surat mabar tersebut menggunakan dua kolom untuk pertama kalinya. Sedangkan di Amerika, baru ada surat kabar pertama bagi warga utara, yaitu Publick Occurrences Both Foreign and Domestick pada tahun 1690 di Boston.
Memasuki abad ke-17, surat kabar mulai mengalami perkembangan yang menakjubkan. Salah satu indikasinya adalah lahirnya surat kabar harian pertama bernama The Daily Courant pada tahun 1702 di London. Selanjutnya, di London pula, pada tahun 1754, The Daily Advertiser tercatat sebagai surat kabar pertama yang berformat empat kolom. Seakan tak mau kalah, di Perancis dan di Amerika Serikat pun hadir surat kabar harian yang pertama yaitu Journal de Paris pada tahun 1777 dan Pennsylvania Packet ( Pennsylvania Evening Post ) tahun 1784.
Meskipun demikian, sampai tahun 1830-an, surat kabar masih relatif mahal harganya dan hanya dibaca oleh golongan elit, serta para politikus. Pada tahun 1833 barulah surat kabar bertransformasi menjadi lebih terjangkau bagi kalangan luas. Perkembangan teknologi percetakanlah yang telah mengakibatkan proses pencetakan semakin cepat, sehingga surat kabar semakin terjangkau oleh masyarakat karena harganya murah. Menjelang akhir abad ke-18 itu pula, surat kabar terus menunjukkan peningkatan yang berarti dari segi kualitas penyajian. Hal itu mulai ditandai dengan digunakannya telegraf sebagai penunjang kerja pada tahun 1847. Pada tahun 1873, surat kabar berilustrasi dapat dilihat di New York. Pada tahun 1878, untuk pertama kalinya, iklan terlihat sehalaman penuh surat kabar, dan tahun 1880, giliran fotografi yang terlihat pada surat kabar untuk pertama kalinya.
Seiring dengan perkembangan zaman, dan kecanggihan teknologi, saat ini surat kabar yang kita kenal sudah semakin baik. Dan surat kabar seperti yang kita tahu saat ini adalah produk yang memiliki nilai kebutuhan, penemuan, khalayak luas, demokrasi, perusahaan bebas, dan ukuran yang professional.
A.2. Perkembangan Surat Kabar di Indonesia
Ada beberapa kriteria untuk bisa menyebut apakah surat kabar pertama yang terbit di Indonesia. Surat kabar mulai terbit di Indonesia pada pertengahan abad 18 dan umumnya diterbitkan oleh orang-orang Belanda dan menggunakan bahasa Belanda. Namun seiring dengan perkembangannya mulai banyak surat kabar yang diterbitkan dalam bahasa Melayu namun kebanyakan masih beraksara Arab, Jawa atapun campuran dengan aksara Latin.
Yang dimaksud dengan surat kabar pertama di Indonesia ialah surat kabar yang menggunakan bahasa Melayu dan murni beraksara Latin dan memiliki redaksi orang Indonesia asli serta diterbitkan oleh orang Indonesia asli.
Sejak pertama kali surat kabar terbit di Batavia 1744, pers Indonesia tidak pernah lepas dari pengekangan. Karena itulah kemudian muncul istilah “pers perjuangan” sebagai media untuk melawan penjajahan. Mengetahui hal itu, pemerintah kolonial Belanda mengharuskan adanya surat izin atau sensor atas penerbitan pers di Batavia, Semarang dan Surabaya. Sejak itu pula, pendapat tentang kebebasan pers terbelah. Satu pihak menolak adanya surat ijin terbit, sensor dan pembredelan, namun di pihak lain mengatakan bahwa kontrol terhadap pers perlu dilakukan.
Pemerintah kolonial kemudian meninggalkan sejumlah aturan yang dibawa ke alam kemerdekaan. Aturan tersebut seperti Druckpers Reglement (UU Pers) yang dikeluarkan pada 1854, Haatzaai Delicten (UU Hukum Pidana Komunikasi Massa) tahun 1856 ataupun Persbreidel Ordonnatie yang dikeluarkan tahun 1931. Isinya jelas, kontrol terhadap pers.
Meski telah dihapus dengan UU No 23/1954, pers Indonesia tidak berarti terbebas dari pemasungan. Seperti dikatakan Presiden saat itu, Soekarno, saat melantik Dewan Pengawas dan Dewan Pimpinan Kantor Berita Antara 15 Oktober 1952. “Saya tidak menginginkan siaran berita yang obyektif, tetapi jelas memihak pada revolusi kita dan menghantam musuh-musuh revolusi.” Karena itu, pers yang bermusuhan dengan revolusi harus dilenyapkan. Sehingga tidak heran, tindakan, tuduhan dan pembredelan pers terjadi berkali-kali.
Seperti pada tahun 1952, telah diambil tindakan bredel terhadap dua suratkabar, Merdeka dan Berita Indonesia, dan 12 tuduhan lainnya terhadap pers. Tuduhan pelanggaran dengan jumlah yang sama juga terjadi di tahun 1953. Pada tahun 1954 hanya terjadi 8 tindakan kemudian meningkat lagi pada tahun 1955 dengan 13 tindakan dan 32 tindakan pada tahun 1956.
Terparah, ketika pada tanggal 14 Maret 1957 saat Indonesia dinyatakan dalam keadaan darurat perang (SOB-Staat van Orlog en Beleg). Pada masa itu, terjadi 125 tindakan terhadap pers, termasuk di dalamnya penutupan tiga kantor berita, pembredelan 10 suratkabar dan penahanan tujuh wartawan.
Pers otoriter juga dikembangkan pemerintahan Orde Baru. Pembredelan, sensor dan perlunya surat izin terbit yang secara resmi dilarang UU Pokok Pers (pasal 4 dan 8 ayat 2), dengan Permenpen 01/1984 pasal 33h yang menghadirkan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP), melestarikan kekangan terhadap pers. Sebab dengan definisi “pers yang bebas dan bertanggung jawab”, SIUPP merupakan lembaga yang menerbitkan pers dan pembredelan.
Perubahan kekuasaan pada tahun 1998, dari Orde Baru ke Orde Reformasi, membuat pers menemukan kemerdekaanya. Yaitu, ketika Menteri Penerangan saat itu, Yunus Yosfiah, mencabut pemberlakuan SIUPP. Menurut Yunus, kebebasan pers adalah keikutsertaan warga negara dalam melaksanakan kekuasaan negara. Ini berarti bahwa kebebasan pers merupakan bagian dari konsep demokrasi bahkan merupakan salah satu unsur fundamental.
Sejak titik balik itulah, pers Indonesia dapat mengabarkan berita secara transparan tanpa kekhawatiran SIUPP yang akan dicabut. Tidak perlu takut lagi untuk menampilkan tokoh-tokoh kontroversial yang menggugat maupun berseberangan dengan pemerintah. Begitu juga, tidak perlu ragu lagi untuk menyajikan berita atau laporan-laporan yang sebelumnya dinilai beresiko.
Dengan dihapuskannya lembaga SIUPP, beberapa media yang sempat ‘mati’, kini pun hidup kembali. Seperti Majalah Berita Mingguan Tempo dan suratkabar Sinar Harapan. Kalaupun tidak menghidupkan yang ‘mati’, dengan segala kemudahan implikasinya kini mudah ditemui suratkabat, majalah, berita radio dan televisi maupun situs berita online baru.
Selain menghapuskan SIUPP, pada tahun 1999 Presiden (pada saat itu) Abdurrahman Wahid kemudian juga menghapuskan Departemen Penerangan. Meski para wartawan masih tetap mendapat ancaman intimidasi, kekerasan, bahkan pembunuhan, dengan dihapuskannya Deppen paling tidak pers punya hak untuk menyebarkan informasi yang bebas dari sensor melalui bentuk media apapun.
Mengikuti trend pengantaran media saat ini, Indonesia tidak ketinggalan dalam hal itu. Sebut saja dalam hal cetak jarak jauh, maupun penggunaan internet. Beberapa suratkabar seperti Kompas, Media Indonesia, Republika, Koran Tempo, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Bisnis Indonesia dan banyak lagi lainnya, telah dapat dibaca lewat layar monitor komputer. Tidak hanya yang berbasis koran atau majalah, media yang yang langsung menghuni jaringan maya ini pun ada, sebut saja seperti Detik.com, Kompas.com, Okezone.com, vivanews.com dan lain-lain.
B.     Sejarah Perkembangan Majalah
Majalah yang terbitkan oleh Johann Rist, yang merupakan seorang teolog dan penyiar dari Hamburg, Jerman. Adalah majalah yang paling awal diterbitkan pada tahun 1663-1668 yaitu Erbauliche Monaths - Unterredungen. Pada awal terbitnya, majalah hanya didesain untuk kalangan terbatas. Penerbitnya lebih suka disebut sebagai pengelola quality magazine. Sumber lain mengatakan bahwa majalah pertama yang terbit di Inggris pada tahun 1731 yaitu Gentleman Magazine. Majalah ini berisi berbagai topik tentang sastra, politik, biografi, dan kritisisme. Majalah ini menjadi contoh karakter umum majalah yang biasa dijumpai saat ini, misalnya berisi humor, esai politik, sastra, musik, teater, hingga kabar orang-orang ternama. Sepuluh tahun sesudahnya, muncul majalah pertama di Amerika Serikat. Namun sumber lain seperti Encyclopedia Americana menyebutkan, majalah dalam bentuk sebagai sisipan dari suratkabar sudah terbit sejak 1665 di Prancis, yakni Le Journal de savants. Majalah periodik ini berisi berita penting dari berbagai buku dan penulis, komentar seni, filsafat, dan iptek.
Penyebaran teknik cetak foto (photoengraving) sejak akhir abad 19 memudahkan dan mempercepat reproduksi aspek seni koran dan majalah. Biayanya pun menjadi lebih murah jika dibandingkan dengan teknik lama yang masih menggunakan batangan-batangan kayu, zincograph, dan pelat-pelat baja.
Pada umumnya, majalah yang mampu bertahan ialah majalah yang bersifat khusus.  Maka, diciptakanlah majalah yang isinya sesuai dengan selera dan kepentingan orang banyak. Munsey’s dan McClure’s mulai menyajikan liputan olahraga di Harvard yang disusul dengan artikel olahraga umum, tulisan tentang perang, lagu-lagu populer, para pesohor (selebritis), dan sebagainya. Curtis lalu menerbitkan majalah khusus kaum ibu, Ladies’ Home Journal, yang kemudian menjadi majalah pertama yang mencapai tiras 1 juta. Majalah-majalah khusus seni dan arsitektur, kesehatan, dan sebagainya segera ikut bermunculan.

B.1. Sejarah Perkembangan Majalah di Indonesia
Sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada masa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto dengan prakarsa dari Ki Hadjar Dewantoro, sedangkan di Ternate pada bulan Oktober 1945 Arnold Monoutu dan dr. Hassan Missouri menerbitkan majalah mingguan Menara Merdeka yang memuat berita-berita yang disiarkan oleh Radio Republik Indonesia.
Di kediri terbit majalah berbahasa Jawa Djojobojo, pimpinan Tadjib Ermadi. Para anggota Ikatan Pelajar Indonesia di Blitar menerbitkan majalah berbahasa jawa, Obor (Suluh).
Awal Kemerdekaan Soemanang, SH yang menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Semuanya terbit dengan satu tujuan, yakni menghancurkan sisa-sisa kekuasaan belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakayat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat.
Zaman orde lama Pada masa ini, perkembangan majalah tidak begitu baik, kaena relatif sedikit majalah yang terbit. Sejarah mencatat majalah Star Weekly, serta majalah mingguan yang terbit di Bogor bernama Gledek, namun hanya berumur beberapa bulan saja.
 Zaman orde baru Awal orde baru, banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya, diantaranya di Jakarta terbit majalah Selecta pimpinan Sjamsudin Lubis, majalah sastra Horison pimpinan Mochtar Lubis, Panji Masyarakat dan majalah Kiblat. Hal ini terjadi sejalan dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang makin baik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang makin maju.



Kategorisasi majalah yang terbit pada masa orde baru, ialah :

•    Majalah berita : Tempo, Gatra, Sinar, Tiras
•    Majalah keluarga : Ayahbunda, Famili
•    Majalah wanita : Femina, Kartini, Sarinah
•    Majalah pria : Matra
•    Majalah remaja wanita : Gadis, Kawanku
•    Majalah remaja pria : Hai
•    Majalah anak-anak : Bobo, Ganesha, Aku Anak Saleh
•    Majalah ilmiah popular : Prisma
•    Majalah umum : Intisari, Warnasari
•    Majalah hukum : Forum Keadilan
•    Majalah pertanian : Trubus
•    Majalah humor : Humor
•    Majalah olahraga : Sportif, Raket
•    Majalah berbahasa daerah : Mangle (Sunda, Bandung), Djaka Lodang (Jawa, Yogyakarta)


C.    Karakteristik Surat Kabar
Surat kabar di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dari setiap periode.
           Karakterisrik surat kabar pada orde lama :
    Sebagai corong pemerintah
    Menumbuhkan semangat
    Sebagai partisipan : media yang membawa misi partai-partai tertentu.
Karakterisrik surat kabar pada masa Orde baru :
    Menyampaikan pesan pembangunan
    Mencerdaskan kehidupan bangsa
Karakteristik surat kabar pada masa revormasi :
    Sebagai alat control social
    Sarana pendidikan
    Manyanpaikan informasi


Sedangkan karakteristik surat kabar secara umum ialah :
    Publisitas, Merupakan karakteristik surat kabar secara umum, yaitu menyebarkan informasi / pesan kepada public
    Periodesitas, keteraturan terbit. Setiap surat kabar yang harus memiliki waktu keteraturan terbitnya. Misalnya, ada surat kabar yang terbit setiap hari, setiap hari (pagi & sore), setiap minggu, bulan, dan lain sebagainya.  
    Universal, menyampaikan pesan yang beragam, serta dapat diakses secara umum.
    Aktualisasi, surat kabar harus meneyampaikan berita / informasi yang aktual. Yaitu berita yang baru saja terjadi ataupun berita yang sedang terjadi, karena masyarakat tidak akan membaca surat kabar yang tidak aktual.  
    Terdokumenasi, setiap surat kabar yang terbit harus dapat didokumentasikan atau diarsip.
    Faktualisasi, berita-berita yang disajikan harus merupakan berita yang factual, sesuai dengan fakta, tanpa adanya rekayasa.

C.1. Karakteristik Majalah
•    Pengkajiannya lebih mendalam karena perioritasnya lama, sehingga pencarian informasi lebih leluasa dan luas
•    Nilai aktualitas lebih lama, karena dalam membaca majalah tidak mesti tuntas sekaligus
•    Gambar / foto lebih banyak, memiliki desain dan kualitas yang bagus agar tidak cepat rusak
•    Memiliki cover, agar jadi lebih menarik
•    Bersifat segmented, berdasarkan segmented pasar tertentu. Misalnya, majalah anak-anak, ibu-ibu rumah tangga, pria dan wanita.


D.    Perkembangan Teknologi Media Cetak
Perkembangan dari media diawali dengan munculnya media cetak. Inovasi teknologi media memunculkan persaingan yang mengakibatkan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini ikut menbawa perubahan social masyarakat. Perkembangan teknologi media juga ikut mempengarui format atau bentuk-bentuk yang muncul dari media massa. Misalnya dalam bidang periklanan. Dahulu, ketika tenologi media cetak belum berkembang, suatu produk iklan dibuat hanya dengan menggunakan teknologi mesin tik. Sedangkan gambar-gambar pada produk iklan dibuat secara manual, hanya dengan menggunakan pena.
Namun, perkembangan teknologi saat ini sudah semakin maju, sehingga memudahkan orang untuk membuat iklan secara alternative. Dengan menggunakan teknologi computer, produk iklan dapat didesain dengan menggunakan grafis dan dicetak meggunakan printer. Perkembangan teknologi media cetak berkaitan dengan perkembangan media cetak itu sendiri.
Perkembangan teknologi media cetak memang telah membawa dampak yang positif dengan memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi. Namun, muncul masalah baru, ideology liberalisme yang berkembang melahirkan adanya freedom of the press, preedom of the speech, dan  freedom of expression. Dengan demikian isi media itu sulit untuk dikontrol.
E.    Kelebihan Dan Kekurangan Media Cetak
Setiap sesuatu yang diciptakan pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya, begitu pula haknya dengan media cetak, ada keurangan dan kelebihannya.
Kelebihannya yaitu :
    Repeatable, dapat dibaca berkali-kali.
    Analisa lebih tajam, sehingga membuat orang benar-benar mengerti isi dari berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang lebih berfikir spesifik tentang isi tulisannya/beritanya.
Kekurangannya yaitu :
    Lambat, dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi kepada masyarakat dan harus mneungggu waktu turun cetak. Jadi media cetak sering ketinggalan dibandingkan dengan media elektronik
    Tidak adanya audio, media cetak hanya merupakan tulisan yang tertentu saja tidak dapat didengar.
    Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili seluruh isi berita
    Prodiksi, biaya produksi yang cukup mahal, karena media cetak harus mencetak terlebih dahulu berita yang akan disampaikannya.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Media cetak sangat membantu masyarakat dalam memperoleh informasi sebelum hadirnya media elektronik. Koran merupakan media yang paling tua usianya jika dibandingkan dengan media cetak lainnya.  Seiringa dengan perkembangan zaman, dan teknologi yang semakin senggih, maka kehadiran media cetak semakin mudah diterima oleh masyarakat.
Majalah-majalah yang mampu bertahan pada saat awal-awal diterbitkan hanyalah majalah yang bersifat khusus, seperti majalah khusus wanita (sunset), olahraga, hobi layar, penggemar acara tv, atau berita-berita yang ilmiah.
Perkembangan yang terjadi terhadap media cetak tidak dapat dipisahkan dari perkembangan media elektronik. Yang telah membawa perubahan semakin baik.
Philip Meyer seorang penulis buku yang berjudul “The Vanishing Newspaper” meramalkan bahwa Koran yang terakhir yang akan terbit pada tahun 2040. Hal ini dapat kita lihat dari mulai berjamurnya berita-berita yang didajikan dalam bentuk digital serta lebih banyak diminati oleh masyarakat.
Hadirnya media cetak seperti surat kabar sangat membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi terkini seperti berita nasional dan daerah, info kesehatan,info bisnis, lowongan kerja, penawaran barang atau jasa melalui media iklan, serta banyak hal poditif lain yang dapat diperoleh melalui media cetak baik surat kabar, maupun majalah.  

6 komentar:

  1. Terimakasih banyak......

    BalasHapus
  2. Rebat FBS TERBESAR – Dapatkan pengembalian rebat atau komisi
    hingga 70% dari setiap transaksi yang anda lakukan baik loss maupun
    profit,bergabung sekarang juga dengan kami
    trading forex fbsasian.com
    -----------------
    Kelebihan Broker Forex FBS
    1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT ANDA
    2. FBS MEMBERIKAN BONUS 5 USD HADIAH PEMBUKAAN AKUN
    3. SPREAD FBS 0 UNTUK AKUN ZERO SPREAD
    4. GARANSI KEHILANGAN DANA DEPOSIT HINGGA 100%
    5. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANL LOKAL
    Indonesia dan banyak lagi yang lainya
    Buka akun anda di fbsasian.com
    -----------------
    Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
    Tlp : 085364558922
    BBM : fbs2009

    BalasHapus
  3. izin copy dan share gan.. hehe
    sebelumya terima kasih

    BalasHapus
  4. izin copas kakak untuk tugas kuliah

    BalasHapus
  5. lebih bagus bila ditambahkan daftar pustaka

    BalasHapus
  6. Surat Kabar Indonesia terus berkembang dari masa ke masa

    BalasHapus